Penerapan Teknologi Pertanian: Langkah Konkret Peningkaan Produktifitas Pangan Nasional
OPINI | 21 December 2013
Dewasa
ini, arus globalisasi semakin gencar. Penemuan teknologi masa kini
semakin marak. Berbagai macam peralatan elektronik tersebar di seluruh
penjuru dunia. Hal-hal yang pada zaman dahulu dikatakan sebuah mimpi,
sekarang menjadi sebuah realita. Penerapan teknologi-teknologi modern di
semua sektor kehidupan, memberikan kemudahan dan kebermanfaatan bagi
manusia dalam menjalankan aktifitasnya. Karena memang tujuan utama
adanya penemuan-penemuan teknologi yaitu untuk membantu manusia dan
memberikan kemudahan dalam melakukan aktifitasnya, sehingga setiap aktivitas bisa lebih efektif dan efisien.
Begitu
pula pada sektor pertanian. Dimana sekarang sudah banyak
teknologi-teknologi pertanian yang sudah diterapkan oleh beberapa negara
maju, dari mulai alat-alat pertanian, varietas-varietas unggul bibit
pertanian, hingga budidaya pertanian dengan cara modern. Terbukti,
dengan adanya teknologi pertanian dapat meningkatakan produktifitas
pangan suatu negara. Contoh nyatanya adalah negara Amerika. Teknologi
pertanian Amerika semakin maju sejak abad ke-19, banyak mesin dan
teknologi pertanian yang ditemukan. Kemajuan teknologi yang semakin
pesat, tidak membuat orang Amerika meninggalkan pertanian, namun justru
pertanian di sana semakin berkembang. Mesin dan teknologi yang
ditemukan, digunakan untuk meningkatkan hasil dan mutu pertanian.
Salah
satu contohnya yaitu penerapan ilmu biologi untuk mencangkok tanaman,
agar hasil buahnya lebih bagus daripada tanaman induknya. Ilmu
pertanahan berguna untuk mengelola tanah pertanian dan mengatur sistem
irigasinya. Berbagai kemajuan teknologi malah membuat pertanian semakin
maju. Kebanyakan lahan pertanian di
Amerika ditanami jagung, jerami, dan gandum. Tanah pertanian utama
digunakan untuk menghasilkan makanan serat-seratan. Kini, Amerika
Serikat merupakan salah satu negara pengekspor hasil tani terbesar di
dunia. Komoditasnya pun lengkap dan memiliki kualitas sangat baik. Mulai
dari sayur-sayuran, buah-buahan, ayam potong, daging sapi, susu, hingga
tembakau dan biji-bijian.
Peralatan
pertanian di Amerika sudah sangat modern. Di Amerika, traktor dapat
berfungsi sebagai penarik alat-alat lainnya, seperti mesin pencangkul,
pemupuk, penanam benih, pemotong, dan pemanen. Bahkan, beberapa traktor
dapat menjadi alat penggerak untuk mesin lainnya. Dengan adanya alat
atau mesin-mesin modern ini, kegiatan pertanian menjadi lebih efektif
dan efisien. Para petani di sana juga menggunakan pesawat terbang kecil
untuk menyemprotkan antihama atau menyirami ladang-ladang mereka.
Komoditas
makanan yang dulunya belum bisa diproduksi di Amerika, sekarang sudah
dapat diproduksi. Salah satunya adalah kedelai, yang baru mulai
diproduksi di Amerika Serikat pada tahun 1950-an. Amerika Serikat kini
menjadi salah satu pengekspor kedelai terbanyak. Dan, salah satu
importir kedelai Amerika adalah negara kita sendiri, Indonesia. Dengan
adanya teknologi pertanian, tanpa membutuhkan sumber daya manusia yang
banyak dan lahan yang luas pun dapat memproduksi pangan dengan skala
besar.
Indonesia
adalah negara agraris dengan pertanian sebagai salah satu sektor utama
dalam pembangunan bangsa. Hampir seluruh kegiatan perekonomian Indonesia
berpusat pada sektor pertanian. Bahkan mayoritas penduduknya berprofesi
sebagai petani. Sehingga, hal ini menjadikan sektor pertanian sebagai
sektor penting dalam roda struktural perekonomian Indonesia. Namun yang
menjadi pertanyaan adalah, kenapa sampai saat ini Indonesia masih
mengimpor bahan pangan terutama pada jenis makanan-makanan pokok?
Padahal Indonesia memiliki sumber daya manusia yang besar terutama di
sektor pertanian, dan memiliki lahan yang begitu luas pula. Berdasarkan
Data Katalog BPS, Juli 2012, Angka Tetap (ATAP) tahun 2011, untuk
produksi komoditi padi mengalami penurunan produksi. Gabah Kering Giling
(GKG) hanya mencapai 65,76 juta ton dan lebih rendah 1,07 persen
dibandingkan tahun 2010. Jagung sekitar 17,64 juta ton pipilan kering
atau 5,99 persen lebih rendah tahun 2010, dan kedelai sebesar 851,29
ribu ton biji kering atau 4,08 persen lebih rendah dibandingkan 2010,
sedangkan kebutuhan pangan selalu meningkat seiring pertambahan jumlah
penduduk Indonesia. Terlihat
adanya ketidak seimbangan antara potensi pertanian Indonesia dengan
produkifitas hasil pertaniannya. Apa yang menyebabkan semua itu?
Faktor
utamanya adalah karena Indonesia belum menerapkan teknologi pertanian
modern, dan masih menggunakan cara-cara konfensional dalam mengolah
lahan pertanian. Masyarakat bangsa ini masih berfikir tradisional dan
belum melek akan
teknologi-teknologi masa kini. Mereka masih mengandalkan cara-cara nenek
moyang yang sekarang sudah bukan zamannya lagi. Padahal jikalau
Indonesia menerapkan teknologi pertanian dalam mengelola lahan
pertaniannya, maka produktifitas pertanian dalam negeri akan melonjak
pesat dan dapat meningkatkan ketahanan serta kemandirian pangan yang
selama ini menjadi cita-cita bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia tidak
akan mengimpor lagi berbagai bahan pangan terutama jenis makanan-makanan
pokok.
Berkaca dari apa yang telah terjadi di Amerika, harusnya Indonesia bisa mencontoh atas apa yang telah terjadi di Amerika. seandainya
kemajuan teknologi diterapkan di pertanian Indonesia, para petani akan
lebih sejahtera dan pengelolaannya lebih mudah. Apalagi dengan melihat
potensi pertanian dan kesuburan tanah di Indonesia. Akselerasi
penerapan teknologi pertanian merupakan upaya yang paling aplikatif dan
paling logis apabila bangsa ini masih mau untuk keluar dari zona
keterpurukan di sektor pertaniannya.
Optimalisasi
pengelolaan lahan pertanian dengan basis teknologi modern, menjadi
kunci sukses dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Untuk dapat mencapai
hasil yang optimal, penggunaan berbagai peralatan modern harus segera
diterapkan. Modernisasi bukan berarti menghilangkan konsep tradisional
pengelolaan pertanian, tetapi dengan menerapkan teknologi pertanian
dapat memberikan hasil yang lebih baik dan lebih banyak. Selain itu,
petani juga mendapat nilai tambah yang besar. Produktivitas menjadi
tinggi, efisien, beban ongkos petani rendah, dan nilai tukar petani akan
meningkat. Contohnya, untuk menemukan bibit unggul padi, harus ada
penelitian dan penyilangan benih padi, jadi dapat dihasilkan bibit padi
yang cepat panen dengan hasil yang lebih banyak dan tahan hama.
Begitu
juga dengan pengolahan lahan. Produksi pertanian tidak akan efektif
jika hanya mengandalkan tenaga pengolah lahan. Apalagi dengan semakin
terbatasnya tenaga pengolah lahan. Dengan modernisasi pertanian, waktu
yang dibutuhkan juga semakin singkat. Misalnya, pengolahan lahan/sawah
dengan menggunakan hand tractor, yang bukan saja mempercepat
pengolahan tanah, tapi juga lebih irit tenaga. Apalagi, populasi kerbau
semakin berkurang karena disembelih untuk dikonsumsi manusia.
Untuk menanam padi, digunakan transplanter,
dengan waktu tanam yang terhitung cepat. Satu hektare lahan dapat
ditanami paling lama satu jam. Jauh lebih cepat dibandingkan penggunaan
tenaga manusia yang membutuhkan waktu tiga sampai empat hari untuk
menanami satu hektare lahan. Modernisasi peralatan juga telah dilakukan
untuk memanen padi. Seperti, penggunaan combine harvester ,
yang dapat memotong padi jauh lebih cepat dibandingkan dengan cara
dibabat manual. Dengan mesin tersebut, satu hektare lahan bisa dipanen
dalam waktu dua jam. Sementara, dengan cara manual (dibabat) butuh waktu
hingga tiga hari. Penggunaan mesin itu juga dapat mencegah kerusakan
padi menjadi lebih baik, yaitu hanya 0,97 persen, dibanding menggunakan
alat pemotongan manual, seperti ani-ani atau sabit.
Perlu
adanya kebijakan khusus serta berbagai terobosan baru dari pemerintah
dalam meningkatkan produktifitas pangan dalam negeri, dengan penerapan
teknologi-teknologi masa kini. Beberapa langkah dan terobosan yang bisa
dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produktifitas pangan dalam
negeri dengan penerapan berbagai teknologi pertanian adalah:
1. Pengadaan
proyek pertanian berbasis modern yang menggunakan alat-alat
berteknologi modern di beberapa wilayah di Indonesia, terutama di daerah
luar jawa yang masih banyak lahan kosong yang kurang produktif, seperti
Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Papua. Sehingga dapat meningkatkan
produktifitas pangan dalam negeri tanpa mengandalkan jumlah SDM yang ada
di sektor pertanian
2. Memberikan
peluang dan stimulan kepada para pengusa-pengusaha besar dan pemilik
modal untuk membuka proyek pertanian berskala besar yang menggunakan
sistem modern, sehingga akan semakin banyak pula lahan pertanian yang
dibuka dan dikelola dengan metode yang lebih modern
3. Mengembangkan
teknologi sumber daya genetik dengan membuka badan penelitian pertanian
di setiap daerah, untuk mengetahui varietas unggul di setiap daerah
yang kemudian diteliti dan dikembangkan, sehingga dapat menciptakan
varietas unggul yang dapat menghasilkan produk pertanian dengan jumlah
yang banyak dan memiliki kualitas yang baik
4. Pengadaan
alat-alat pertanian berbasis modern yang telah mendapatkan subsidi dari
pemerintah, sehingga petani dapat membeli alat-alat pertanian modern
dengan harga yang relatif terjangkau, dan akhirnya dapat meningkatkan
produktifitas hasil pertanian para petani lokal
5. Melakukan berbagai riset untuk pengembangan pertanian dalam negeri. Seperti halnya Belanda. Dengan
luas wilayah yang relatif kecil bila dibandingkan Indonesia, pada tahun
2011 Belanda mampu menjadi negara peringkat 2 untuk negara pengekspor
produk pertanian terbesar di dunia dengan nilai ekspor mencapai 72,8
miliar Euro. Produk andalannya adalah benih dan bunga. Sektor pertanian
merupakan pendorong utama ekonomi di Belanda dengan menyumbang 20%
pendapatan nasionalnya. Kunci dari majunya pertanian di Belanda adalah
Riset. Kebijakan-kebijakan dan teknologi di adopsi dari riset-riset yang
dilakukan para ahli.
6. Memfokuskan anggaran pertanian pemerintah dalam hal akselerasi penerapan teknologi pertanian yang aplikatif dan terjangkau
7. Pengadaan
berbagai penyuluhan kepada petani lokal di setiap daerah, tentang
penerapan teknologi pertanian dan keuntungannya, serta mengajak para
petani lokal untuk beralih dari cara-cara konvensional menuju cara-cara
yang lebih modern
8. Mendukung
dan memfasilitasi berbagai penelitian dan penemuan alat-alat teknologi
baru yang ditemukan, khususnya para mahasiswa yang sering mengadakan
berbagai penelitian dan penemuan baru di bidang teknologi
9. Mengadakan
sayembara dan pameran tahunan tentang teknologi pertanian untuk umum,
sehingga para peneliti dan para penemu merasa dihargai dan diapresiasi
serta merasa terpacu untuk menemukan teknologi-teknologi baru. Dan jika
diadakan setiap tahun, akan makin banyak penemuan-penemuan baru dalam
hal teknologi pertanian yang dapat diterapkan pada pertanian Indonesia.
Dengan
langkah-langkah tersebut, maka dalam waktu singkat produktifitas
pertanian indonesia akan mengalami peningkatan yang signifikan.
Pertanian pun akan lebih efektif dan efisien, serta ketahana serta
kemandirian pangan yang selalu dicita-citakan bangsa Indonesia akan
segera terwujud. Tetapi, jikalau masyarakat dan pemerintah Indonesia
masih bersikukuh menggunakan cara-cara konvensional dan tidak mau melek teknologi,
maka Indonesia akan tetap menjadi negara yang selalu bergantung pada
negara lain, dan tidak akan pernah bisa menjadi negara maju. Karena,
negara maju adalah negara yang selalu mengikuti perkembangan zaman, dan
siap menghadapi persaingan global.
Salam sukses untuk pertanian Indonesia!
Daftar Pustaka
0 komentar:
Posting Komentar